Selasa, 15 Maret 2011

Pengalaman traumatik seseorang yang direpresi dapat muncul kembali melalui mimpi saat tidur

Tugas Penulisan Ilmiah , Oleh : Ivonne


       Pengalaman tidak menyenangkan yang dialami seseorang dapat membuat orang tersebut mengalami pengalaman traumatik. Pengalaman tidak menyenangkan tersebut misalnya saja pernah mengalami trauma seksual, menjadi korban kekerasan saat anak-anak, dan menjadi korban bencana alam. Menurut saya, seseorang yang mengalami pengalaman traumatik akan melakukan represi untuk menghilangkan rasa cemas dan takut yang dialaminya. 

           Represi menurut Freud merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri yang paling sering digunakan seseorang untuk membuang setiap bentuk impuls, ingatan, atau pengalaman yang menyakitkan dan memalukan serta menimbulkan kecemasan tingkat tinggi (Puspitarini, 2002). Sedangkan menurut Corey, represi merupakan isi kesadaran traumatis yang bisa membangkitkan kecemasan dan mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketidaksadaran supaya menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan tersebut (Koeswara, 2003). Kedua tokoh tersebut memiliki konsep yang sama tentang represi yaitu menekan pengalaman tidak menyenangkan ke alam bawah sadar manusia. Pengalaman traumatik yang telah direpresi oleh seseorang dapat muncul kembali melalui mimpi.

Pertama-tama, saya akan menjelaskan tentang fase tidur yang dapat menyebabkan terjadinya mimpi. Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Pada fase tidur terdapat fase rapid eye movement yang merupakan fase terjadinya mimpi. Dalam buku Psychology yang ditulis oleh Carole Wade dan Carol Tavris (2008) menuliskan tentang fase tidur manusia. Manusia mengalami dua fase pada saat tidur. Fase pertama adalah fase non rapid eye movement (NREM) dan fase kedua adalah rapid eye movement (REM). Fase tidur non rapid eye movement ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu masuk pada fase rapid eye movement. Sekitar tahun 1953, peneliti Nathaniel Kleitman membuat suatu penemuan penting mengenai fase rapid eye movement dalam tidur. Fase ini ditandai dengan pergerakan bola mata yang cepat secara periodik. Fase rapid eye movement memungkinkan stimulasi bagi perkembangan otak dan memungkinkan terjadinya koordinasi terhadap gerak mata. Pada fase rapid eye movement inilah mimpi tentang pengalaman traumatik seseorang dapat muncul.
           
         Pengalaman traumatik yang telah masuk ke dalam alam bawah sadar manusia mencoba muncul kembali ke alam sadar manusia melalui mimpi. Freud yang merupakan salah satu ahli psikoanalisa mengembangkan metode analisis mimpi (dream analysis) untuk menangani kasus histeria yang merupakan gangguan akibat pengalaman-pengalaman traumatik. Melalui metode penafsiran mimpi ini, arti mimpi seseorang dapat menjadi jelas dan dapat menggali lagi pengalaman traumatik seseorang yang telah direpresi. Hal ini dapat dibuktikan dari anggapan dasar Freud yang mengatakan bahwa isi mimpi merupakan simbol dari keinginan-keinginan atau pengalaman-pengalaman tertentu yang direpresi ke alam bawah sadar manusia. Dengan demikian, seperti yang dikatakan Freud bahwa mimpi merupakan via regia atau jalan utama menuju realita. Hal tersebut mengartikan bahwa melalui penafsiran dari sebuah mimpi dapat terlihat hal-hal apa saja yang telah direpresi oleh seseorang ke dalam alam bawah sadarnya (Strachey, 1961).
            
             Manusia juga mencoba menyalurkan emosi-emosi pengalaman traumatiknya tersebut melalui mimpi. Mimpi mempunyai hubungan erat dengan emosi. Kualitas mimpi dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang sebelum tidur. Misalnya saja, seseorang yang sedang cemas sering kali mengalami mimpi yang menyeramkan hingga mengganggu proses tidur dan terbangun di tengah malam. Kecemasan sebelum tidur ini yang mendorong pengalaman traumatik seseorang keluar melalui mimpi (Puspitarini, 2002). Dalam buku Interpretation of Dreams, Freud menyatakan bahwa mimpi adalah sebuah saluran yang berisi emosi atau perasaan manusia, Emosi atau perasaan-perasaan yang ditekan ke alam bawah sadar dapat muncul melalui mimpi dan dapat dikeluarkan secara sadar melalui mimpi (Strachey, 1953).
            
           Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan dalam tulisan ilmiah ini membuktikan bahwa pengalaman traumatik seseorang yang direpresi dapat muncul kembali melalui mimpi di saat tidur. Hal ini dapat dilihat bahwa seseorang yang mengalami pengalaman traumatik akan melakukan represi tentang pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut masuk ke dalam alam bawah sadarnya. Sesuatu yang telah direpresi akan mencoba untuk mendorong masuk kembali ke realita. Salah satu jalan untuk muncul ke realita adalah melalui mimpi. Hal ini dikarenakan mimpi merupakan jembatan antara alam bawah sadar dengan alam sadar manusia.



DAFTAR PUSTAKA 

Koeswara, E. (Ed.) (2003). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
Puspitarini, I. (Ed.) (2002). Psikoanalisis. Yogyakarta: Ikon.
Strachey, J. (Ed.) (1953).  The Interpretation of Dreams. Denmark : The Institute of Psycho-Analysis.
Strachey, J. (Ed.) (1961). Beyond the Principle Pleasure. New York.London : W. W. Norton & Company.
Wade, C & Tavris, C. (2008). Psychologi. (Ed. ke-9). New Jersey : Pearson Education.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar