Selasa, 15 Maret 2011

Televisi dan perilaku agresi pada anak


Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu mereka di depan televisi daripada bersama orang tua mereka. Televisi mempunyai pengaruh yang paling besar bagi perkembangan anak daripada media masa lainnya. Dampak positif yang diberikan televisi bagi anak yaitu menampilkan program pendidikan, meningkatkan informasi tentang dunia jauh lebih dalam, dan memberikan contoh tingkah laku prososial bukan antisosial.
Selain dampak positif, terdapat juga dampak negatif dari televisi yang dapat mempengaruhi anak-anak adalah membuat anak lupa mengerjakan PR, membuat mereka menjadi pelajar pasif, mengajarkan mereka stereotype, mengajarkan kekerasan dan tingkah laku agresi, dan memberikan gambaran yang tidak sesuai kenyataan tentang dunia.

Jumlah peningkatan perilaku agresi pada anak dapat dipengaruhi oleh acara-acara yang terdapat pada televisi. Anak-anak tersebut memodeling perilaku kekerasan yang ditayangkan di televisi. Beberapa penjelasan bagaimana kekerasan yang terdapat pada acara televisi dapat  mempengaruhi anak-anak :
·  Anak-anak mempelajari perilaku sosial melalui observasi, walaupun terkadang mereka tidak menyadari terjadinya proses belajar tersebut.
·  Seringnya anak-anak melihat perilaku kekerasan dalam televisi akan menciptakan pemikiran agresi. Hal tersebut akan tertanam pada pemikiran anak, menyatu dengan emosi anak dan akan mempengaruhi perilaku anak.

Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu mereka di depan televisi daripada bersama orang tua mereka. Televisi mempunyai pengaruh yang paling besar bagi perkembangan anak daripada media masa lainnya. Dampak positif yang diberikan televisi bagi anak yaitu menampilkan program pendidikan, meningkatkan informasi tentang dunia jauh lebih dalam, dan memberikan contoh tingkah laku prososial bukan antisosial.

Selain dampak positif, terdapat juga dampak negatif dari televisi yang dapat mempengaruhi anak-anak adalah membuat anak lupa mengerjakan PR, membuat mereka menjadi pelajar pasif, mengajarkan mereka stereotype, mengajarkan kekerasan dan tingkah laku agresi, dan memberikan gambaran yang tidak sesuai kenyataan tentang dunia.

Jumlah peningkatan perilaku agresi pada anak dapat dipengaruhi oleh acara-acara yang terdapat pada televisi. Anak-anak tersebut memodeling perilaku kekerasan yang ditayangkan di televisi. Beberapa penjelasan bagaimana kekerasan yang terdapat pada acara televisi dapat  mempengaruhi anak-anak :
·  Anak-anak mempelajari perilaku sosial melalui observasi, walaupun terkadang mereka tidak menyadari terjadinya proses belajar tersebut.
·  Seringnya anak-anak melihat perilaku kekerasan dalam televisi akan menciptakan pemikiran agresi. Hal  tersebut akan tertanam pada pemikiran anak, menyatu dengan emosi anak dan akan mempengaruhi perilaku anak.

Oleh karena itu, ada baiknya apabila orangtua cukup cerdas dalam memberikan tontonan tayangan televisi pada anak. Orangtua sebaiknya memberikan penjelasan kepada anak acara apa yang baik untuk mereka tonton dan apa yang tidak baik. Selain itu, ada baiknya apabila terdapat orangtua atau orang dewasa yang ikut mendampingi anak saat menonton televisi. Peran orangtua atau orang dewasa saat mendampingi anak adalah memberikan penjelasan tentang adegan-adegan pada televisi yang sedang mereka tonton.

Teen Facts - Growing Pains


Sex Education for teens.... very nice and easy to understanding :)

Pengalaman traumatik seseorang yang direpresi dapat muncul kembali melalui mimpi saat tidur

Tugas Penulisan Ilmiah , Oleh : Ivonne


       Pengalaman tidak menyenangkan yang dialami seseorang dapat membuat orang tersebut mengalami pengalaman traumatik. Pengalaman tidak menyenangkan tersebut misalnya saja pernah mengalami trauma seksual, menjadi korban kekerasan saat anak-anak, dan menjadi korban bencana alam. Menurut saya, seseorang yang mengalami pengalaman traumatik akan melakukan represi untuk menghilangkan rasa cemas dan takut yang dialaminya. 

           Represi menurut Freud merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri yang paling sering digunakan seseorang untuk membuang setiap bentuk impuls, ingatan, atau pengalaman yang menyakitkan dan memalukan serta menimbulkan kecemasan tingkat tinggi (Puspitarini, 2002). Sedangkan menurut Corey, represi merupakan isi kesadaran traumatis yang bisa membangkitkan kecemasan dan mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketidaksadaran supaya menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan tersebut (Koeswara, 2003). Kedua tokoh tersebut memiliki konsep yang sama tentang represi yaitu menekan pengalaman tidak menyenangkan ke alam bawah sadar manusia. Pengalaman traumatik yang telah direpresi oleh seseorang dapat muncul kembali melalui mimpi.

Pertama-tama, saya akan menjelaskan tentang fase tidur yang dapat menyebabkan terjadinya mimpi. Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Pada fase tidur terdapat fase rapid eye movement yang merupakan fase terjadinya mimpi. Dalam buku Psychology yang ditulis oleh Carole Wade dan Carol Tavris (2008) menuliskan tentang fase tidur manusia. Manusia mengalami dua fase pada saat tidur. Fase pertama adalah fase non rapid eye movement (NREM) dan fase kedua adalah rapid eye movement (REM). Fase tidur non rapid eye movement ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu masuk pada fase rapid eye movement. Sekitar tahun 1953, peneliti Nathaniel Kleitman membuat suatu penemuan penting mengenai fase rapid eye movement dalam tidur. Fase ini ditandai dengan pergerakan bola mata yang cepat secara periodik. Fase rapid eye movement memungkinkan stimulasi bagi perkembangan otak dan memungkinkan terjadinya koordinasi terhadap gerak mata. Pada fase rapid eye movement inilah mimpi tentang pengalaman traumatik seseorang dapat muncul.
           
         Pengalaman traumatik yang telah masuk ke dalam alam bawah sadar manusia mencoba muncul kembali ke alam sadar manusia melalui mimpi. Freud yang merupakan salah satu ahli psikoanalisa mengembangkan metode analisis mimpi (dream analysis) untuk menangani kasus histeria yang merupakan gangguan akibat pengalaman-pengalaman traumatik. Melalui metode penafsiran mimpi ini, arti mimpi seseorang dapat menjadi jelas dan dapat menggali lagi pengalaman traumatik seseorang yang telah direpresi. Hal ini dapat dibuktikan dari anggapan dasar Freud yang mengatakan bahwa isi mimpi merupakan simbol dari keinginan-keinginan atau pengalaman-pengalaman tertentu yang direpresi ke alam bawah sadar manusia. Dengan demikian, seperti yang dikatakan Freud bahwa mimpi merupakan via regia atau jalan utama menuju realita. Hal tersebut mengartikan bahwa melalui penafsiran dari sebuah mimpi dapat terlihat hal-hal apa saja yang telah direpresi oleh seseorang ke dalam alam bawah sadarnya (Strachey, 1961).
            
             Manusia juga mencoba menyalurkan emosi-emosi pengalaman traumatiknya tersebut melalui mimpi. Mimpi mempunyai hubungan erat dengan emosi. Kualitas mimpi dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang sebelum tidur. Misalnya saja, seseorang yang sedang cemas sering kali mengalami mimpi yang menyeramkan hingga mengganggu proses tidur dan terbangun di tengah malam. Kecemasan sebelum tidur ini yang mendorong pengalaman traumatik seseorang keluar melalui mimpi (Puspitarini, 2002). Dalam buku Interpretation of Dreams, Freud menyatakan bahwa mimpi adalah sebuah saluran yang berisi emosi atau perasaan manusia, Emosi atau perasaan-perasaan yang ditekan ke alam bawah sadar dapat muncul melalui mimpi dan dapat dikeluarkan secara sadar melalui mimpi (Strachey, 1953).
            
           Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan dalam tulisan ilmiah ini membuktikan bahwa pengalaman traumatik seseorang yang direpresi dapat muncul kembali melalui mimpi di saat tidur. Hal ini dapat dilihat bahwa seseorang yang mengalami pengalaman traumatik akan melakukan represi tentang pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut masuk ke dalam alam bawah sadarnya. Sesuatu yang telah direpresi akan mencoba untuk mendorong masuk kembali ke realita. Salah satu jalan untuk muncul ke realita adalah melalui mimpi. Hal ini dikarenakan mimpi merupakan jembatan antara alam bawah sadar dengan alam sadar manusia.



DAFTAR PUSTAKA 

Koeswara, E. (Ed.) (2003). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
Puspitarini, I. (Ed.) (2002). Psikoanalisis. Yogyakarta: Ikon.
Strachey, J. (Ed.) (1953).  The Interpretation of Dreams. Denmark : The Institute of Psycho-Analysis.
Strachey, J. (Ed.) (1961). Beyond the Principle Pleasure. New York.London : W. W. Norton & Company.
Wade, C & Tavris, C. (2008). Psychologi. (Ed. ke-9). New Jersey : Pearson Education.

The Importance of Friends : Friendship and Adjustment Among 1st-Year University Students

Tugas Penulisan Ilmiah, Oleh : Ivonne

Judul Jurnal : The Importance of Friends : Friendship and Adjustment Among 1st-Year University Students

Peneliti :      Vanessa M. Buote, S. Mark Pancer, Michael W.  Pratt (Wilfrid Laurier University, Canada),Gerald Adams (University of Guelph, Canada), Shelly Birnie-Lefcovitch (Memorial University, Canada), Janet Polivy (University of Toronto, Canada), Maxine Gallander Wintre (York University, Canada)      
    


Jurnal yang berjudul The Importance of Friends : Friendship and Adjustment Among 1st-Year University Students berisi tentang pentingnya menjalin pertemanan di saat 1 tahun pertama memasuki universitas. Hal ini dikarenakan adanya kesulitan-kesulitan dalam masa transisi dari dunia SMA memasuki dunia perkuliahan. Kesulitan-kesulitan yang ada dapat memicu timbulnya stres. Kesulitan-kesulitan tersebut terdiri dari rasa rindu dengan rumah dan rindu dengan teman-teman lama (Paul & Brier, 2001), depresi, gangguan pikiran, gangguan psikologi, kekosongan pikiran (Fisher & Hood, 1987), perasaan terisolasi (Brook & DuBois, 1995), penurunan nilai akademik (Levitz & Noel, 1989), dan naiknya personal konflik  (Fisher & Hood, 1987).

Mahasiswa baru pada dasarnya memiliki tiga karakteristik. Pertama, belum mengenal sistem pembelajaran di perguruan tinggi. Kedua, tidak tahu sarana-prasarana yang dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, seperti perpustakaan dan lembaga kemahasiswaan. Ketiga, belum mengenal civitas akademika dan karyawan yang akan berinteraksi dengan mereka selama menempuh pendidikan (Sun,2009). Oleh karena itu, pihak Universitas membuat satu sarana bagi mahasiswa baru agar dapat mengenal lebih dalam lagi dunia perkuliahan melalui pengenalan kampus atau sering juga disebut ospek. Hal ini dikarenakan mahasiswa baru sering mendapatkan permasalahan dalam hal penyesuaian diri pada saat tahun pertama di masa perkuliahan. Salah satu tujuan dari pengenalan kampus ini adalah dapat mengenal sesama mahasiswa baru lainnya (Swisma, 2009). 
         
Selama masa transisi ke universitas, mahasiswa baru akan lebih sering berinteraksi dengan sesama mahasiswa. Pertemanan antar sesama mahasiswa membuat mahasiswa dapat berbagi rasa dan tidak merasa sendirian. Hal ini dikarenakan mereka memiliki beban yang sama dalam dunia perkuliahan. Misalnya dalam hal tugas atau kegiatan-kegiatan yang kampus yang dapat memicu timbulnya stres. Menurut (Tokuno, 1986), teman atau teman dekat merupakan salah satu mekanisme yang dapat menetralkan kesulitan-kesulitan dan pemicu stres. Hal ini dikarenakan teman merupakan pendukung sosial.

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode longitudinal study. Peneliti melibatkan 1845 partisipan dari enam Universitas Canadian. Partisipan terdiri dari berbagai variasi dalam hal jumlah dari populasi mahasiswa, jumlah kelas, perbedaan suku, kotamadya, dan lokasi (provinsi). Mahasiswa yang tidak memenuhi standar pengukuran akan dieliminasi. Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya menggunakan metode wawancara. Menurut Patton, 2001, analisis kualitatif membuat peneliti dapat mencapat pengertian terdalam pengalaman dan perspektif seorang individual. Penelitian kualitatif ini melibatkan 12 mahasiswa yang terdiri dari 8 laki-laki dan 4 perempuan yang diambil berdasarkan sampel terbesar dari mahasiswa yang dapat menyelesaikan kuesioner.

Berdasarkan bukti-bukti yang telah dipaparkan di atas, jurnal yang berjudul The Importance of Friends : Friendship and Adjustment Among 1st-Year University Students cukup relevan. Masa transisi dari masa SMA ke masa perkuliahan merupakan masa yang sangat rentan terkena stres bagi mahasiswa baru. Mahasiswa harus dapat menyesuaikan diri dengan baik pada tahun pertama di Universitas. Mahasiswa yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik akan tidak dapat bertahan lama di universitas. Salah satu cara yang dapat membantu mahasiswa untuk menyesuaikan diri adalah dengan memiliki teman sesama mahasiswa.


Daftar Pustaka

Buote,V.M, Pancer, S.M, Pratt,M.W, Adams,G, Lefcovitch, S.B, Polivy, J, Wintre,M.G. (2007). The Importance of Friends : Friendship and Adjustment Among 1st-Year University. Journal of Adolescent Research. Diakses pada 26 September 2009 dari http://spr.sagepub.com
Sun. (2009). Manfaat Ospek Bagi Mahasiswa Baru. Diakses pada 26 September 2009 dari http://kemahasiswaan.undiknas.ac.id/
Swisma. (2009). Ospek Menggali Potensi Mahasiswa Baru. Diakses pada 26 September 2009 dari http://www.harian-global.com/

My Favorite Prayer


I asked for strenght and God gave me difficulties to make me strong

I asked for wisdom and God gave me problem to solve

I asked for prosperity and God gave me a brain & brawn to work

I asked for courage and God gave me obstacles to overcome

I asked for love and God gave me a troubled people to help

I asked for favors and God gave me opportunities


I receive nothing I wanted... but... I received everything I needed

Live life without fear, confront all obstacles and know that u can overcome them...




God never leave u alone... He always walk with u... 
He make all things well and perfect in His right time

Senin, 14 Maret 2011

Silent - What is Family ?

-Celotehanku - Oleh : Ivonne

Cinta, kehangatan, dukungan.. kata itu yang sering aku dengar tentang keluarga. Hanya saja, aku tidak pernah merasakan bahwa hal itu memang ada

Papa, satu kata yang sudah sangat lama tidak aku ucapkan kepada siapapun. Tidak ada sosok papa dalam hidupku. Ya, dia sudah berada di surga sejak aku berumur 9 tahun, namun kenyataannya aku sudah berpisah dengannya sejak usia 3 tahun karena orangtuaku memutuskan untuk bercerai dan aku harus tinggal dengan nenek-kakekku juga mamaku.  

Saat kecil, hal yang dapat aku ingat tentang orangtuaku adalah saat-saat dimana mereka bertengkar. Aku dapat mengingat bahwa setiap mereka sudah memulai pertengkaran, mereka selalu mengeluarkan kata-kata andalan “Sayang, sebaiknya kamu main dulu keluar rumah bersama teman yang lain”, hanya saja aku lupa respon apa yang kuberikan pada saat itu. Yang aku ingat hanyalah aku sedang duduk di jendela kayu rumah kontrakan milik papaku sambil mendengar mereka saling memaki entah karena apa. Dan di hari berikutnya aku mendapati kakek-nenekku telah menunggu di kantor papaku untuk menjemputku pulang ke rumah mereka.  Aku sungguh tidak mengerti dengan keadaan yang sebenarnya sedang terjadi, yang aku tahu keesokan harinya aku tinggal bersama mamaku di rumah kakek dan nenekku tanpa ada papa di sana.

Saat itu, aku tidak merasakan kekurangan kebahagiaan karena aku tahu nenekku sangat mencintaiku dan dialah yang selalu merawatku di saat mamaku harus bekerja. Aku selalu ingat di saat nenek mencariku sambil membawa sepiring sup ayam untuk menyuapiku saat aku bermain di rumah tetangga. Sedari kecil, saat aku menangis aku selalu mengancam ingin kabur dengan meminta diambilkan koper dan aku sangat ingat bahwa dia hanya tersenyum sambil mencoba menenangkanku. Dia yang selalu merawat rambut panjangku dengan sabar dan mengikat rambutku menjadi seperti ekor kuda atau membuatnya seperti air mancur dengan dua ikatan. Dia nenek yang selalu khawatir saat aku belum sampai rumah saat jam sekolah telah usai. Bahkan dia selalu membawaku ikut dengannya kemanapun dia pergi, arisan misalnya atau jalan-jalan pagi.
***
Ngomong-ngomong tentang jalan-jalan pagi, ada cerita tentang itu yang teringat di pikiranku sekarang. Saat aku berusia 4 tahun, aku teringat bahwa aku punya nenek terhebat jika aku boleh mengenangnya saat ini. Aku bertanya kepadanya “nek, kenapa kita harus jalan-jalan sepagi ini? “ , nenek hanya tersenyum sambil berkata : ”ayo gerakkan dan ayunkan tanganmu seperti ini, kita akan jalan-jalan pagi supaya sehat “. Aku tak banyak bertanya lagi karena aku merasa percaya bahwa aku aman saat berada di dekatnya. Setelah hampir sampai pada pertigaan lampu merah di jalan raya yang masih sepi di pagi itu, kami berhenti. Akupun bertanya kepada nenek “ kenapa kita berhenti di sini nek?”, dan dia menjawab “ nenek mau menunggu kakek kamu lewat”. Aku tidak mengerti maksud nenekku, bahkan boleh dikatakan bahwa aku bingung dengan maksud menunggu kakek lewat. Namun, tidak lama kemudian nenek menunjuk ke arah lampu merah pada saat ada motor yang melintas “itu kakek kamu sedang bersama wanita lain” terlihat muka yang sangat yakin saat dia mengatakan hal itu.

Sebagai anak kecil tentu aku tidak mencerna makna apapun dari kalimat nenekku itu. Yang aku tahu, aku hanya mengiyakan maksud perkataannya tanpa tahu apa yang sebenarnya dia ucapkan. Dan sekarang aku baru sadar bahwa dia rela mengorbankan hatinya untuk melihat sendiri dengan mata kepalanya kalau suaminya berselingkuh dengan perempuan lain.  
***
Sungguh, saat-saat terindah dalam hidupku mempunyai seorang nenek sepertinya. Oh Tuhan, sudah lama aku tidak merasakan cinta itu lagi, sungguh terlalu cepat Engkau mengambilnya dariku. Saat usiaku 6 tahun, nenekku meninggal. Aku teringat saat itu, saat dimana seharusnya aku pergi ke pekan seni untuk penampilan tari TK Bhayangkari. Hanya saja yang aku ingat, aku sudah berada di mobil yang melaju sangat cepat, bukan menuju pekan seni melainkan menuju rumah sakit. Ya nenekku kritis. Sesampainya di rumah sakit, mamaku menggendongku dan mendudukkanku di tempat tidur nenekku. Aku ingat sekali kata-kata mama saat menyuruhku membelai rambut nenekku “sayang, ayo elus-elus rambut nenek”. Aku mengelus-elus rambutnya, namun aku tetap tidak dapat merasakah bahwa dia ada di situ karena dia tidak merespon seperti biasanya. Dan tak lama, dokter menyuruh kami keluar dari ruangan. 

Setelah itu hanya tangisan yang aku ingat dan mamaku, pakdeku, kakek, tante, semua menangis dan memelukku. Mamaku menggendongku, namun tak lama pakdekulah yang menggendongku karena mamaku menangis sangat kencang. Pakdeku menatapku dan berkata “nenek sudah tidak ada lagi sekarang”. 


Aku ikut menangis mungkin aku merasa takut saat itu karena semua menangis atau apapun alasan aku menangis yang jelas aku belum begitu mengerti apa artinya nenek sudah tidak ada lagi sekarang? Bukankah dia sedang tidur di sana? Banyak pertanyaan yang tak bisa kudapatkan jawabannya pada saat itu karena tak ada satu orangpun yang benar-benar menjelaskan tentang apa yang sedang mereka tangisi sebenarnya dan apa maksud dari nenek sudah meninggal.



Di usia yang sekecil itu, 6 tahun aku sudah mengenal tiga kata yang kutemukan dalam keluargaku. Perceraian, perselingkuhan, dan kematian. What next ??? 


Personality Disorder Cluster B

Personality Disorder atau gangguan kepribadian merupakan gangguan psikologis kronis yang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Memiliki gangguan kepribadian dapat memberikan pengaruh negatif terhadap pekerjaan seseorang, keluarga, dan kehidupan sosial seseorang. Mereka yang memiliki gangguan kepribadian memiliki beberapa fitur yang berbeda termasuk gangguan psikologis dalam diri; kemampuan untuk memiliki hubungan interpersonal yang sukses; kesesuaian dari jangkauan emosi, cara memahami diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia, serta memiliki kesulitan untuk mengontrol perasaan yang tepat. Secara umum, orang dengan gangguan kepribadian memiliki masalah yang luas dalam hubungan sosial dan pengaturan mood.

Beberapa gangguan kepribadian Cluster B :

Orang yang menderita gangguan histrionik selalu ingin menjadi pusat perhatian. Orang dengan gangguan histrionik hanya memikirkan bagaimana caranya mendapatkan perhatian dari orang lain. Orang ini mencari perhatian kepada orang lain dengan menjadi sangat dramatis, menggoda secara terang-terangan, dan menonjolkan kualitas positif pada penampilan fisik mereka secara berlebihan.  Selain itu, orang dengan gangguan histrionik tidak senang menunda kepuasan sehingga tidak toleran terhadap balasan yang lama dan memiliki ekspresi dan emosi yang dangkal serta cepat berubah. 

Gangguan histrionik juga menunjukkan gejala dengan karakter emosi yang meluap-luap. Misalnya saja, mempunyai keinginan untuk selalu mendapatkan pujian, dan mendapatkan rayuan yang berlebihan. Kehidupan sehari-hari orang yang menderita gangguan histrionik digambarkan dengan adanya kehidupan yang dramatis, memiliki antusias yang berlebihan, dan terkesan genit. Terkadang perilaku yang ditunjukkan dapat membangkitkan hasrat seksual orang lain, memiliki ekspresi emosi yang berlebihan, dan mudah dipengaruhi oleh orang lain.

Individu dengan gangguan kepribadian histrionik selalu ingin mencari perhatian dari orang lain, tujuannya adalah untuk mendapatkan pengukuhan dirinya. Individu ini akan selalu menanyakan pendapat orang lain mengenai hal-hal yang menyangkut dirinya, dimulai cara pakaian, dandanan, hingga masalah pribadi lainnya.  Gangguan ini sudah terlihat sejak kecil hingga memasuki masa remaja dan berkembang menjadi gangguan kepribadian.

Gangguan kepribadian histrionik kebanyakan dialami oleh wanita. Orang yang memiliki gangguan kepribadian ini biasanya akan gagal dalam menjalin hubungan, ditinggalkan atau diceraikan oleh pasangan-nya. Orang-orang dengan gangguan ini akan cenderung membesar-besarkan masalah medis, akan lebih sering pergi ke dokter daripada kebanyakan orang yang tidak mengalami gangguan kepribadian histrionik, dan adanya peningkatan perilaku bunuh diri (Kraus & Reynolds, 2001).  Orang dengan gangguan kepribadian ini sering mencari treatment untuk depression atau anxiety. Kriteria Diagnostik lihat (DSM-IV)

TREATMENT 
Treatment  psychodynamic mem-fokuskan pada mengungkapkan emosi yang selama ini ditekan dan membantu orang dengan gangguan kepribadian histrionik ini untuk meng-ekspresikan emosi-emosi dan kebutuhan sosial mereka dengan cara yang lebih tepat. Terapi cognitive mem-fokuskan pada asumsi-asumsi client yang tidak dapat mereka fungsikan sendiri dan membantu memformulasikan tujuan dan rencana untuk hidupnya yang tidak bergantung pada orang lain ( Beck & Freeman, 1990). Para terapis berusaha untuk membantu client mengurangi dramatisasi yang dilakukan dengan memberikan sugesti tentang evaluasi yang lebih reasonable.


Studi empiris menemukan bahwa orang dengan gangguan Borderline dilaporkan lebih cenderung memiliki masa kecil yang berada dalam lingkungan instabilitas, sering merasakan adanya pengalaman yang tidak menyenangkan, adanya penolakan dan pengabaian, merasa sendiri dan gagal, serta adanya psikopatologi orangtua.

Individu dengan gangguan Borderline biasanya sangat peka terhadap cara orang lain memperlakukan mereka, bereaksi kuat terhadap kritik yang dirasakan atau sakit hati yang dirasakan. Perasaan yang dirasakan terhadap orang lain sangat mudah beralih dari positif ke negatif, terutama setelah merasakan kekecewaan atau merasa terancam akan kehilangan seseorang. 

Citra diri juga dapat berubah dengan cepat dari yang sangat positif hingga sangat negatif. Orang yang terkena gangguan sering bertindak impulsif, misalnya minum alkohol atau penyalahgunaan obat, seks yang tidak aman, judi, ingin bunuh diri, dan melakukan kecerobohan pada umumnya. Mereka cenderung melihat dunia secara umum sebagai berbahaya dan jahat, dan cenderung melihat diri mereka sebagai tidak berdaya, rentan, tidak dapat diterima dan yakin dalam identitas diri. 
Kriteria Diagnostik lihat (DSM-IV)


TREATMEN
Dialectical behavior therapy fokus pada membantu klien untuk memperoleh suatu rasa diri yang lebih realistis dan positif, mempelajari kemampuan adaptif untuk mengatasi masalah dan meregulasi emosi, dan memperbaiki pemikiran dikotomi mereka.
Treatment psikodinamis untuk orang dengan gangguan ini meliputi membantu klien mengklarifikasi perasaan, mengkonfrontasi mereka dengan kecenderungan mereka untuk membagi citra-diri sendiri dan orang lain, serta menginterpretasikan hubungan pemindahan dengan terapis.
Treatment obat-obatan untuk orang dengan gangguan ini fokus pada mengurangi gejala kecemasan dan depresi melalui obat antikecemasan dan antidepresan serta pada mengontrol perilaku impulsif dengan penghambat reuptake serotonin selektif.


   Gangguan ini memiliki kriteria yang serupa dengan gangguan kepribadian histrionic. Keduanya melakukan sesuatu secara dramatis, mengagung-agungkan serta mencari pujian dari orang lain. Orang dengan gangguan narcissistic juga biasanya lebih bergantung kepada evaluasi diri mereka sendiri.

    Mereka menganggap ketergantungan pada orang lain sebagai kelemahan dan berbahaya. Dalam menjalin hubungan interpersonal biasanya mereka membuat permintaan yang tidak masuk akal pada orang lain untuk mengikuti keinginan mereka dan mengabaikan keinginan serta kebutuhan dari orang lain.

     Mereka juga mengeksploitasi orang lain untuk mendapatkan kekuatan, angkuh, dan merendahkan orang lain. Penderita narcissistic personality disorder (NPD) biasanya hanya akan menjalani treatment jika mereka merasa depresi dan saat menjalani masalah dalam menyesuaikan diri dengan stressor kehidupan sehari-hari. Kriteria Diagnostik lihat (DSM-IV)

     TREATMEN
    Terapi kognitif biasanya dilakukan untuk mengembangkan sensitifitas terhadap kebutuhan orang lain dan membuat mereka menjadi lebih realistis dalam mengharapkan sesuatu berdasarkan kemampuan mereka. caranya ialah dengan mempelajari tantangan dalam menghadapi karakter angkuh atau kesombongan mereka ketika menginterpretasikan sesuatu.







    Antisocial personality disorder (ASPD) merupakan istilah yang digunakan bagi orang-orang yang memiliki kontrol diri kurang baik dan tidak peduli dengan hak orang lain.  Menurut DSM-IV-TR, orang dengan antisocial personality disorder ini adalah orang yang suka bertindak jahat, berbohong demi kesenangan sendiri. Terkadang juga melakukan tindak kriminal, seperti pembunuhan dan pemerkosaan lebih sering dibanding orang normal lainnya.Orang dengan ASPD sering bertindak langsung, tidak memikirkan apa akibatnya bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Tidak mempedulikan bahaya yang akan terjadi dan cenderung lebih mengincar bahaya tersebut. Mudah bosan terhadap rutinitas sehari-hari. 
      
     Perilaku antisosial berkembang dan terbentuk dari hubungan sosial dalam rumahtangga yang penuh dengan kekerasan, komunitas masyarakat dan lingkungan pendidikan yang penuh kekerasan juga ikut mempengaruhi terbentuknya gangguan antisosial. Penderita ASPD kurang memahami rasa takut yang diakibatkan oleh bahaya yang mengancam karena kurangnya rangsangan.  Anak-anak yang memiliki orangtua yang cuek dan kurang memperhatikan anaknya akan memiliki kecenderungan untuk mengidap ASPD. Karena perhatian yang diberikan tidak mencukupi kebutuhan, anak akan menyalurkan rasa marah karena kurang perhatian tersebut ke orang lain atau ke diri sendiri.

        
     Penelitian Robins (1966) menemukan bahwa pembentukan karakteristik sosiopat seseorang mempunyai hubungan erat pada anak yang memiliki orangtua alkoholik yang nantinya membentuk anak menjadi seorang antisosial. Disamping itu Robin juga menemukan pada keluarga-keluarga tersebut, terjadinya pembentukan karakter APD pada anak laki dan gangguan somatisasi pada anak perempuan. Hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Glueck dan Glueck (1968) yang melihat pengaruh orangtua alkoholik, kekerasan terhadap anak dan kehidupan rumahtangga yang berantakan. Glueck juga meneliti bahwa orangtua yang tidak menerapkan disiplin terhadap anak dan kurangnya kasih sayang yang diberikan kepada sang anak dapat menumbuhkan gangguan kepribadian antisosial dikemudian hari Kriteria Diagnostik lihat (DSM-IV) 



       TREATMEN
·          Orang dengan ASPD tidak mempercayai bahwa mereka butuh pengobatan. Karena itu, para ahli melakukan pendekatan dengan cara psikoterapi. Para ahli mencoba membuat orang dengan ASPD tersebut mengambil alih kembali kontrol dirinya. Sehingga mereka tahu apa yang mereka lakukan terhadap diri sendiri dan atau orang lain. Terdapat juga pengobatan dengan cara memberikan obat untuk meningkatkan kembali serotonin di otak. Tetapi hal tersebut belum terbukti secara ilmiah.